Portalterkini.com, Sultra – Kendari – PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara atau Bank Sultra mencatatkan kinerja ciamik sepanjang 2024, dengan meraup laba bersih Rp418,37 miliar. Raihan laba ini meningkat 3,66 persen secara tahunan ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar Rp403,57 miliar.
Selain didongkrak oleh fungsi intermediasi, peningkatan laba dari bank yang dipimpin Abdul Latif sebagai direktur utama ini juga didukung oleh efisiensi operasional yang semakin baik.
Mengutip laporan keuangan perseroan 10 April 2025, beban operasional lainnya Bank Sultra tercatat menurun hingga 29,16 persen dari Rp461,31 miliar di 2023 menjadi Rp326,81 miliar pada 2024. Ini menunjukkan kemampuan Bank Sultra dalam mengoptimalkan pengeluarannya untuk mendukung profitabitas.
Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Bank Sultra juga mengalami kenaikan 3,01 persen menjadi Rp9,27 triliun, ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar Rp9 triliun. Realisasi kredit tersebut dibarengi dengan kualitas kredit. Tercermin dari rasio non performing loan (NPL) gross turun dari 0,90 persen menjadi 0,83 persen. Sedangkan NPL net sama seperti tahun sebelumnya di level 0,14 persen. Angka ini jauh di ambang batas aman yang ditentukan regulator, yakni 5 persen.
Masih dari kinerja intermediasi, Bank Sultra mampu mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp10,18 triliun sepanjang 2024. Raihan DPK tersebut tumbuh 6,32 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp9,58 triliun. Pertumbuhan DPK ini berada di atas rata-rata industri yang sebesar 4,48 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan kredit, total aset Bank Sultra meningkat sebesar 3,26 persen dari Rp13,65 triliun di 2023 menjadi Rp14,10 triliun pada 2024. Pertumbuhan aset ini jadi modal Bank Sultra dalam menjaga daya saing dan kapabilitas ekspansi bisnis.
Sementara pendapatan bunga Bank Sultra masih mengalami tekanan. Per Desember 2024, pendapatan bunga tercatat Rp1,22 triliun, atau terkoreksi 1,77 persen dari tahun sebelumnya Rp1,24 triliun. Di sisi lain, beban bunga mengalami kenaikan 36,67 persen, dari Rp263,10 miliar di 2023 menjadi Rp359,60 miliar pada 2024. Alhasil, pendapatan bunga bersih perseroan terkoreksi 12,06 persen menjadi Rp864,72 miliar.
Adapun rasio profitablitas seperti return on asset (ROA) tak bergerak dari tahun lalu yang berada di level 4,13 persen. Sedangkan return on equity (ROE) turun dari 25,37 persen jadi 22,17 persen. Pos net interest margin (NIM) juga terkoreksi dari 9,23 persen menjadi 7,89 persen.
Sementara rasio kecukupan modal (CAR) tetap terjaga pada level tinggi, yaitu 34,75 persen, jauh di atas ketentuan minimum regulator dan mencerminkan kekuatan permodalan yang sangat baik untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.



